Nasib Seorang Honorer - Masih seperti biasanya hari-hari yang aku lewati. Pagi berangkat ke sekolah, pulang berharap mendapat pekerjaan sampingan untuk tambahan nafkah keluarga, namun tak juga aku dapatkan pekerjaan sampingan itu sampai hari ini. Rasanya sangat menyesak di dada, rasa frustasi kadang datang dan membuatku hanya duduk terdiam mencari solusi tentang kesulitan ekonomi saat ini. Jika aku bisa memilih, aku akan memilih bekerja selayaknya orang bekerja dengan hasil yang bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Sampai kapan aku seperti ini?, aku tak tega melihat malaikat kecil ku yang ikut merasakan dampak kesulitan ini. Anak sekecil itu berkecamuk dengan keprihatinan yang seharusnya ia tak perlu merasakannya. Pilu hati ini bila mendengar keluh kesah yang ia luapkan, kadang ia menangis, kadang ia tertawa, kadang juga ia ikut merasakan yang aku rasakan. Apakah itu naluri seorang anak yang bila mana orang tua merasakan kepedihan, anak pun juga merasakan lewat hatinya.
Bersabarlah nak, karena malam takkan selamanya, pagi akan menjelang. Kesusahan juga takkan selamanya, sebab suatu hari nanti pelangi itu akan muncul bersama keindahannya.
Yakin lah nak, kamu akan terbebas dari belenggu kepedihan ini, kamu akan bisa tertawa dan gembira seperti anak-anak lainnya seusia mu. Kau lah semangatku, kau lah alasan aku masih berjuang hingga hari ini.
Seberapa berat beban yang aku pikul, asal itu demi masa depan dan kebahagian mu, aku selalu siap pantang menyerah.
Biarlah mereka yang seharusnya membantu mu bersenang-senang dan hidup enak, sementara kita disini hidup dalam keprihatinan. Biarlah mereka membeli apapun sesuka mereka, sementara kita disini hanya bisa mendengar. Biarlah nak, jangan kau usik hidup mereka, disinilah dalam pelukan ayah yang setiap saat ada untukmu.
Hari ini ada pelajaran hidup yang bisa aku petik, bahwa mimpi menjadi seorang PNS itu hanya sebuah bualan. Mereka yang memaksaku untuk jadi seperti ini seharusnya mereka tahu kepahitan ini, mengapa mereka malah menyuruhku menjalani kepahitan ini?, mengorbankan keluargaku terutama malaikat kecilku. Sampai waktu itu tiba, aku akan melepas atribut kepalsuan ini. Aku akan hidup seperti yang aku inginkan, bekerja apa adanya tanpa janji-janji dan mimpi bodoh. Semoga kau tahu betapa sesaknya dadaku menjalani yang bukan diriku.
KARENA AKU PERCAYA HATIKU!!.
Belum ada tanggapan untuk "Nasib Seorang Tenaga Honorer Perpustakaan"
Posting Komentar